Group Behaviour And Work Teams
Pada
tengah semester pertama ini, mata kuliah perilaku organisasi membahas beberapa
topik yang cukup menarik. Topik khusus yang ingin penulis kupas lebih
lanjut pada tulisan ini yaitu seputar Group Behaviour And Work Teams. Grup didefinisikan sebagai kumpulan individu
yang mengoordinasikan upaya mereka, sementara tim yaitu sekelompok orang yang
memiliki tujuan sama. Untuk meningkatkan hubungan kerja, penting untuk memahami
perbedaan antara keduanya guna mendorong dinamika kerja yang sehat.
Dalam
buku karangan Khairul Umam, Robert B. Maddux telah membedakan kelompok dan tim,
yaitu sebagaimana berikut: (a) Anggota menganggap pengelompokan mereka hanya
untuk kepentingan Administratif. Individu bekerja secara mandiri bahkan berbeda
tujuan dengan individu lain; (b) Anggota cenderung memperhatikan dirinya
sendiri karena tidak dilibatkan dalam penetapan sasaran. Karena kadang anggota
ini hanya sebagai tenaga bayaran ; (c) Anggota diperintah untuk mengerjakan
pekerjaan, bukan diminta saran untuk mencapai sasaran yang baik (d) Anggota
tidak percaya dengan rekan kerjanya karena tidak memahami peran anggota
lainnnya.
Penting untuk menciptakan tempat kerja yang menyenangkan dan transparan, baik itu tim baru atau grup yang sudah ada, Namun ternyata, ada perbedaan besar antara memimpin sebuah kelompok dan memimpin sebuah tim. Meskipun grup dan tim mungkin tampak serupa, ada banyak perbedaan utama antara keduanya yang dapat memengaruhi cara anda bekerja. Untuk meningkatkan hubungan kerja, penting untuk memahami perbedaan antara kelompok dan tim. Grup dan cara mempromosikan gaya komunikasi yang sehat di tempat kerja.
Dalam perkembangannya, kelompok dibagi menajadi beberapa tahap, yaitu: (1)
Tahap pembentukan (Forming). Tahap awal ini ditandai ketidakpastian
atas tujuan, struktur dan kepemimpinan. Tahap ini selesai ketika anggota merasa
menjadi bagian dari kelompok ; (2) Tahap perkembangan (storming).
Seperti diindikasikan istilahnya (ribut), ditandai oleh konflik dan
konfrontasi. Ketika tahap ini selesai terdapat kepastian strukur; (3) Tahap
normalisasi (norming). Tahap ini struktur menjadi solid, kohesivitas
tinggi, perbedaan menjadi Kerjasama; (4) Tahap berkinerja (performing).
Tahap ini struktur sudah berfungsi dan fokus pada penyelesaian tugas. Untuk
kelompok kerja permanen berkinerja adalah tahap akhir. Untuk tim, panitia,
satgas dan sejenisnya terdapat tahap pembubaran; (5) Tahap pembubaran (adjourning).
Untuk proyek tim atau tugas dengan tujuan khusus, saat tujuan tercapai kelompok
akan membubarkan diri atau memiliki komposisi baru dan tahapan dimulai dari
awal.
kelompok dapat memiliki dampak dramatis
pada perilaku individu dalam organisasi, baik efek positif maupun negatif. Oleh
karena itu, berikan perhatian khusus pada peran, norma, dan kohesi—untuk
memahami bagaimana ini beroperasi dalam suatu kelompok berarti memahami
bagaimana kelompok itu cenderung berperilaku.
Beberapa tren telah memengaruhi
pekerjaan sebanyak perpindahan besar-besaran tim ke tempat kerja. Bekerja dalam
tim mengharuskan karyawan untuk bekerja sama dengan orang lain, berbagi
informasi, menghadapi perbedaan, dan menyuburkan kepentingan pribadi demi
kebaikan tim yang lebih besar. Memahami perbedaan antara pemecahan masalah,
swakelola, lintas fungsi, dan tim virtual serta sistem multitim membantu
menentukan aplikasi yang sesuai untuk kerja berbasis tim. Konsep-konsep seperti
refleksivitas, kemanjuran tim, identitas tim, kohesi tim, dan model mental
menyoroti isu-isu penting yang berkaitan dengan konteks, komposisi, dan proses
tim. Agar tim berfungsi secara optimal, perhatian yang cermat harus diberikan
untuk merekrut, menciptakan, dan memberi penghargaan kepada pemain tim. Tetap,
organisasi yang efektif menyadari bahwa tim tidak selalu merupakan metode
terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan secara efisien. Penegasan hati-hati dan
pemahaman tentang perilaku organisasi diperlukan.
Kelompok dan tim kerja memiliki hubungan dalam organisasi. Seperti yang kita ketahui bahwa baik
kelompok maupun timkerja memegang pernanan penting untuk keberhasilan suatu
organisasi atau projek, hal ini didasarkan pada kualitas individu yang
tergabung didalam kelompok dan tim kerja itu sendiri. Untuk itulah perilaku
individual menjadi patokan dasar, perilaku seseorang sendiri diperoleh sebagi
respon terhadap kondisi yang diterimanya dan menghasilkan interaksi antar
angota baik dalam kelompok dan tim kerja. Tim kerja memliki kedekatan emosional
lebih tinggi di banding dengan kelompok, reaksi ini terjadi diberbagi aspek
baik dalam penyelesaain masalah pengambilan keputusan termasuk juga bagiamana
kelompok atau timkerja tersebut dijalankan untuk mencapai hasil yang di
inginkan.
Baik kelompok maupun tim kerja sama-sama
terdiri dari 2 atau lebih individu yang berintraksi, bekerja sama dan
bersinergi untuk mencapai sutau tujuan. Dalam suatu kelompok, perilaku
seseorang merupakan hubungan profesionalitas karena tuntutan pekerjaan yang
dibebankan oleh tanggungjawab. Sementara Tim kerja memiliki cakupan yang tidak
seluas kelompok, artinya bahwa tim kerja
kedekatan lebih yang mampu membangun pontensial pribadai yang dimiliki
anggotanya melalui kerjasama dan interaksi intens yang dilakukan sesuai
bidamg-bidangnya.
Sistem kerja yang kolektif dapat
diartkan sebagi sistem kerja yang dilakukan secara bersama-sama, hal ini jeas
terjadi baik dalam kelompok mapun tim kerja. Perilaku ini timbul dari respon
rutin dan terstruktur yang dilakukan individu karena interaksi yang terjadi
secara terus menerus hingga mempengaruhi solidaritas dalam kelompok dan tim
kerja maka sejalan dengan hal tersebut maka kualitas sistem kerja akan semakin
baik hal ini juga berlaku sebaliknya semain minim intereraksi dan solidaritas
atar individu dalam kelompok dan tim maka semakin sulit menjalankan sistem
kerja yang kolektif.
Komentar
Posting Komentar